Senin, 22 Februari 2010

Merawat Canti brake

Canti brake atau biasa disebut rem gantung masih banyak dipakai pada tipe Mtb yang beredar di pasaran . Rem Gantung adalah salah satu rem yang palim mudah di implementasikan di sepeda dengan rangka yang menyediakan dudukan untuk itu. Tipe frameatau rangka Mtb lama yang mengaplikasi rem gantung adalah frame federal seri citycat 2000. Seri ini cukup populer karena sampai lebih dari 20 tahun sejak di luncurkan ,masih banyak dipakai oleh para mtb'ers.
Mtb lama tampak cantik dengan rem gantung dipasang di frame, kesan klasik sangat kuat pada sepeda yang masih menggunakan rem gantung.
Namun dibalik keindahannya, kita jangan lupa merawatnya. salah satu problem yang sering dijumpai dalam penggunaan rem gantung ini adalah sepatu rem /karet rem termakan tidak merata akibat pemasangan yang tidak 100 tepat.Dalam istilah yang lain karet rem habis sebelah. Pemasangan karet rem tang tidak pass bisa menimbulkan kerugian berupa karet cepat habis. Menghadapi turunan yang panjang dan berat bisa mempercepat habisnya karet rem .
Salah satu cara mengindari peristiwa /kejadian karet habis sebelah adalah sering merawat rem gantung pada sepeda kita.
Dengan rajin merawat kita bisa menghemat dan yang terpenting lagi selamat dijalan .
rem gantung Rawat , hemat, selamat

Kamis, 11 Februari 2010

Rute lain ke Stasiun Cikadongdong II

Energi kami terkuras usai melewati bukit gening tersebut. beruntung ketika bertemu jalan raya yang sesungguhnya , telah menunggu tukan es cendol. Langsung saja es cendol berpindah tempat ke perut kami.
Puas minum es cendol gowes kami lanjutkan kembali menyusuri jalan menuju pertigaan ciharahas – Puteran. Suasana disini lumayan sejuk bahkan dingin. Mungkin hujan yang sudah mendekati waktunya untuk turun membuat suasana saji sejuk. Di kanan dan kiri jalan sawah sawah lagi menghijau, belum keluar bulir bulit padinya.
Pada Masjid pertama di lintasan jalan tersebut kami sempatkan sholat dluhur di situ. Air melimpah dari sungai kecil di depan masjid kemudian ditampung sebagai pasokan air wudlu. Hmm , benar benar alami, air sejuk terus mengalir .
Sholat yang sudah kami tunaikan membuat kami bisa nggowes dengan lega rasanya ga ada beban lagi. Tenaga seperti di charge lagi, apalagi dari kejauhan sering kami dengan deru kereta api melintas di daerah tersebut. yang menandakan tujuan kami sudah dekat.
Jalan berkelok menanjak sudah lumrah di daerah ini. Namun dibalik panjangnya tanjakan yang ada , kita akan melihat sungai sungai yang mengalirkan airnya yang deras di desa puteran .
Stasiun Cikadongdong kami pijak ketiga waktu belum mencapai jam 3 sore. Stasiun Cikadongdong merupakan stasiun kecil . Stasiun ini hanya melayani kereta api Purwakarta Cibatu dan satu kali kereta api parahyangan jam 7;30 pagi. Walaupun demikian geliat pedagang yang memanfaatkan stasiun ini untuk menjual barangnya ke Bandung bisa dirasakan di sini. Sepertinya Stasiun ini cukup berarti bagi masyarakat sekitarnya.
Daerah yang berbukit dan di lewati sungai besar seperti Cisomang , cukup menjadikan alasan mengapa kereta api sangat penting di daerah ini. Menggunakan angkutan selain kereta api di daerah ini cukup mahal. Bersambung ………)

Senin, 08 Februari 2010

Super Power Pack

Berangkat dari sumber daya internal GPS saya yang Cuma ngepas 4 jam maka lahirlah kebutuhan sumber daya tambahan agar GPS bisa terus menerus berfungsi sebagai alat navigasi yang handal. Mulailah saya berburu power pack yang sesuai dengan kebutuhan .
Melihat untuk apa GPS Go Go 902 ini dirancang maka saya putuskan untuk mencari Power pack dengan daya 12 v, 1 Amper. Wah, untk ukuran power pack yang real portable , cukup sulit menemukannya. Rata rata power pack yang berada dipasaran memiliki kuat arus hanya dalam ukuran mili. Saya berfikir, arus segitu tidak akan bisa menggerakkan charger bawaan GPS yang dulunya mesti di colokkan di lighter mobil.
Power pack yang mendekati kebutuhan dari sudut kuat arusnya adalah tipe yang dipakai pada lampu emergecy. Biasanya lampu emercency berdaya 6 v , 4. 5 ampere. Jika memakai power pack tipe ini saya memerlukan dua buah powerpack . Saya fikir itun cukup merepotkan ketika harus saya bawa bersepeda.
Akhinya ketemu power pack 12 volt, 7,5 amper. Yang biasa digunakan paga motor lisatrik mainan anak anak . Apa mau dikata, yang cocok cuma ini . accu kering / power pack panasonic 12 volt ; 7,5 amper dengan waktu pakai kira kira 20 jam sesuai yang tertera di label bateray kering tersebut.
Super “Power Pack” Panasonic. Ini bukan power pack biasa, spesifikasinya sama dengan accu yang dipakai pada motor roda 2 . sepertinya ini accu sungguhan. Tapi kering dan agak ramping.dan bukan dijual di toko alat motor .
Setelah diasembly dengan lighter socket , jadilah power pack yang sebenarnya. Saya sudah test chargernya di socket lighter. Lampu led hijau menyala ketika saya pug in , berarti power pack ini sudah bekerja. Tinggal menempatkan di rack belakang.
Gowes dengan GPS tanpa kawatir lagi GPS mati karena low batt. Selamat tinggal low bat. Selama membawa serta power pack ini hp pun bisa dicharge di sini . daya power pack 12 V; 7,5 Amphere lebih dari cukup dipakai 24 jam ber GPS non stop.
Keterangan harga : Panasonic 12 V 7. 5Amp. Rp. 185.000,00
Lighter socket Rp. 20.000,00
Fitting 4 Pcs Rp. 2.000,00
1 Meter Kabel Rp. 3.000,00

Jumat, 05 Februari 2010

Mapai Curug Cipurut


warung Teteh Wanayasa (POS berhenti 1)
Kalau melintas di jalan Kapten Halim Purwakarta akan terlihat papan petunjuk jalan beberapa meter dari pos polisi Pasar Rebo. Papan petunjuk jalan tersebut menujukkan dua buah nama yaitu nama situ Wanayasa dan Curug Cipurut.
Jarak untuk mencapai curug Cipurut sekitar 26 km dari titik tersebut. lumayan gowesable . Bisa kami jangkau untuk kategori bersepeda satu hari. Karena jarak tersebut biasanya bisa kami tempuh dalam waktu 3 Jam . Kok lama sekali hanya untuk jarak 26 km kok perlu 3 jam . Memang jalan menanjak sepanjang rute merupakan sebab yang utama perjalanan memakan waktu lama.

Perjalanan pada awal tahun ini menuju curug cipurut merupakan perjalanan yang menyenangkan . dari sisi rute , jalur ini merupakan jalur yang lengkap. Road, gravel dan single track sampai harus nyambung dengan jalan kaki.
Lokasi Curug ini ada di dera Sumurugul. Desa ini bisa kita googling dengan google maps . cukup jelas posisinya. Tidak susah ditemukan .
Pada hari libur lokasi ini penuh dengan anak muda yang berlibur ditempat ini sehingga wajar banyak tempat penitipan motor mendekati lokasi curug yang berada di balik perkebunan teh.
Kelebihan curug ini adalah lokasinya yang tidak terlalu jauh dengan jalan raya membuat kita bisa berjalan kaki saja untuk mencapainya dari Wanayasa. Menggunakan kendaraan bermesin cukup berat untuk mencapai lokasi curug. Bersepeda lebih mungkin menaklukkan medan yang berat ini. Batunya banyak di sepanjang jalan . Sebuah mobil minibus yang kali itun bersamaan waktunya dengan saat kami up hill terpaksa berhenti di tengah jalan ga, sanggup menaklukkan rute . terpaksa penumpangnya jalan kaki , sama dengan kami yang lelah gowes.
Sampai di ujung jalan sudah tidak bisa di gowes lagi, jalan nya tanah semua, licin dan curam menanjaknya. Tapi puas walau ndorong ndorong sepeda , hawa dingin gunung sudah terasa di daerah ini belum lagi hampatan tanaman teh membuat kita ga usah jauh jauh ke Puncak, cukup di sini bisa tie Walk.
Akomodasi cukup tersedia, dilokasi air terjun , sepotong gorengan yang fresh dari wajan / bukan oven harganya Cuma 500 perak. Wah makan gorengan pada saat dingin bisa ketagihan. Murah sih , demikian juga kopi dan teh .
Puas makan gorengan kita bisa berendam di bawah air terjun yang cukup deras. Bagikita yang taat beribadah tidak usah khawatir dilokasi ini ada sebuah tempat sholat yang bisa dipakai dengan nyaman. Bersih dan lega.
Untuk yang pengin jalan kaki sepuasnya lokasi ini sangat bagus untuk dicoba. Bagi yang dari luar kota bisa menjangkau lokasi curug dengan dua cara yaitu naik bus tujuan Purwakarta . sambung ke Pasar Simpang sambung ke wanayasa . dari wanayasa jalan kaki saja. Ongkos pasar simpang wanayasa adalah Rp. 5000 ,00 tiap penumpang .
Cara yang kedua pakai kereta api turun stasiun Purwakarta. Selanjutnya sama , titik pertemuan kedua moda tersebut adalah pasar Simpang. Kendaraan ke dan dari wanayasa biasanya mangkal di lokasi ini. Tiket masuk hanya Rp. 3000,00 per orang dewasa. Anak anak masih bebas dari bea .

Kamis, 04 Februari 2010

Rute Lain ke Stasiun Cikadongdong

Sudah ga tahan rasanya , 2 minggu ga mancal sepeda karena berbagai alasan sar’i. mulai ngantar belanja istri , sampai ngantar anak les. Tapi hari minggu ini sudah saya niatkan pokoknya mesti gowes. Tujuan giowes kali ini sadah saya tentukan . stasiun Cikadongdong Desa Puteran Cikalong Wetan Bandung..
Pagi sudah hampir lewat ketika kami 7 orang mengarahkan sepeda menuju Plered . Seperti biasa perjalanan ke arah Plered agak lambat . Purwakarta yang berada pada ketinggian 120 m dpl dan Plered yang berada pada level 300m dpl membuat saya berkali kali memakai gigi super low 34 .
Syukur bisa mencapai Plered tanpa nuntun. Itu saja target yang saya ingin capai.
Rute yang biasa diambil jika gowes ke daerah Cikalong adalah Plered –Citeko- Cirata. Namun pakem itu tidak saya pakai lagi, sejak menenteng GPS saya putuskan mencari rute lain , Walau bukan baru tapi yang tidak biasa dilalui para goweser di daerah ini.
Melalui pertigaan jembatan ketera api Plered saya ambil jalan lurus , menghindari keramaian pasar tumpah , melewati jalan setapak yang sudah dikeraskan sepanjang sungai kecil yang akhirnya bisa menyambung dengan jalan Plered - Sempur.
Desa Sempur yang penuh dengan suasana pesantren kami pakai sebagai pos pengisi tenaga. Disini kami berhenti di sebuah warung pinggir jalan tepat didepan rumah kepala desa Sempur.Berbagai makanan dan buah ada disini. Dan kalo masih perlu makanan lain kita bisa dapatkan ditoko kepunyaan kepala Desa Sempur. Sepertinya lengkap sekali tokonya. Harganya juga wajar atau murah.
Jika masih belum cukup , di sebelah toko ada warung sate maranggi yang sepertinya mak nyuuus , dilihat dari yang pada makan di warung sate ini.
Dari lokasi ini rupanya jalannya terus menanjak walau tidak kami sadari. Menanjak entah berapa jauhnya tidak saya catat . Yang pasti tanjakan baru berhenti di ujung pertigaan desa Depok . Jalan kekanan bisa menuju Darangdan sedangkan ke kiri adalah ke Waduk Cirata melalui beberapa desa lagi.
Beberapa kali kami berhenti untuk mengagumi keindahan panorama alam di sepanjang rute ini. Jalan yang beraspal mulus dan areal persawahan yang sedang dipanen membuat kami tidak menyesal memilih rute ini. Sungguh paduan yang bagu antara pembagunan dan keindahan alam ada di jalur Sempur - Depok .
Setelah tanjakan ada turunan dan setelah turunan ada tanjakan , itulah hukum bersepeda. Gowes tanpa menyesal membuat kami mencapai waduk Cirata pada tengah hari. Perjalanan kami lanjutkan dengan mencoba rute potong jalan . melewati bukit “bening “ Melewati Bukit / gunung ini sepeda harus kita panggul dan mendaki terus jalan setapak.melewati rute setapak ini sangat merepotkan saya, sejujurnya saya ga siap rute manggul sepeda ini.berat sekali hampir hampir ada rute yang hanya bisa dilewati dengan setengah metrangkak sambil menggendong sepeda.
Selesai panggul sepeda bertemu jalan lagi , rupanya desa Ciroyom telah kami lewati, dan Stasiun Cikadongdong sudah semakin dekat ( bersambung )