Rabu, 30 Maret 2011

Ditempel Gelisah, Didahului Panas

Susah juga kalau begitu. ketika bertemu pesepeda dijalan , maka ada dua kemungkinan mengikuti dari belakang atau mendahuluinya. Pengalaman saya , biasanya pesepeda akan gelisah kalau ada yang menempelnya. Tanda tanda kegelisahannya bisa kita liha dengan seringnya mereka menoleh kebelakang . Satu hal yang menunjukan ketidaksukaannya jika didahului yaitu dengan cepat berusaha mengejar dan mendahului lagi.
Sewajarnya kita tidak terlalu dekat mengikuti pesepeda lain atau main selongng saja, lewat tanpa permisi atau say hallo.

Selasa, 29 Maret 2011

Merapat di Monumen Karawang Bekasi


Lepas dari jembatan kuning, saya menyusuri jalan disebelah kanan rel kereta api. saya nikmati tiap putaran roda. Jalan kecil ini sangat nyaman untuk bersepeda. Tidak ada keramaian pengendara alat transportasi lain yang biasanya padat dihari libur kerja atau akhir pekan .
Tak terasa pusat kota telah saya lewati ketika pasar Johar Karwang sudah berada di belakang roda sepeda putihku. Kawasan yang dulu selalu menjadi titik macet lalu lintas karawang kini sudah sepi. Bioskop 123 sudah lama suram. Yang terlihat hanya sisa sisa pertempuran pemodal besar dan ekonomi rakyat yang kekalahannya menjadi kelihatan pasti.Setelah melewati lampu pengatur lalu lintas , nampaklah kemunduran kawasan ini. banyak toko toko tidak buka lagi. hanya sebagian kecil saja yang bertahan. Kekuatan pemodal besar terus mengalahkan pemodal kecil . Tak terasa sampailah aku pada sebuah monumen peristiwa Karawang Bekasi. Sebuah wujud yang menggambarkan dua pejuang berdiri dan tiarap . Tidak tertulis nama pejuang itu. Hanya puisi ciptaan Chairil Anwar tertulis disana

Senin, 28 Maret 2011

Bojong


Stasiun Bojong terlihat sangat sepi. Rupanya kereta lokal tidak diberangkatkan hari ini. Biasanya untuk menghindari kerusakan gerbong kereta api, kereta api tidak diberangkatkan pada hari - hari ada pertandingan sepak bola.
Perbuatan sebagian orang yang tidak bertanggung jawab telah mengakibatkan kerugian PT. KAI dimasa lalu menyebabkan perusahaan pelat merah ini mensiasati dengan cara membatalkan jadual perjalanan kereta lokal.
Puas berhenti di Stasiun Bojong , saya lanjutkan perjalanan menuju Purwakarta . Tujuan saya berikutnya mengambil beberapa gambar di sekitar jembatan kuning sungai Citarum. Jadilah saya berhenti Pasar Bojongsari. ya pasar tradisional Bojongsari dipinggir sungai citarum , dan disisi jalan kereta api. ,
Sayang sekali sekitar jembatan kuning , maaf bau jengkol, bau petai

Solo Trip Tanjung Priok -Purwakarta

Akhirnya terwujud juga kesempatan menggowes dari Jakarta ke Purwakarta. Minggu 27 Maret 2011 selepas kerja malam saya gowes sepeda melewati jalan raya Cacing , melewati jalan raya Bekasi dan gowes terus sampai capai deh.
Berangkat dari jalan raya pelabuhan sekitar jam 06: 15 AM , perut belum terisi nasi maka bertekat gowes sampai kota bekasi untuk sarapan pagi disana.
Sampai kanal timur saya berhenti sebentar untuk membetulkan posisi tas punggung yang mulai bergeser dari penyetelan awal.
Jalan raya Bekasi, pagi itu masih terasa sejuk, udara yang berawan sangat saya sukai . Matahari yang tertutup awan membuat panasnya tidak begitu menerpa kulit. Sepanjang jalan raya Bekasi ke arah Jakarta benyak pesepeda, sedangkan yang ke arah sebaliknya atau searah dengan perjalanan saya hanya sekali saya jumpai sekelompok pesepeda. Rupanya hari itu adalah hari bebas bersepeda dikota bekasi untuk jalan A. Yani. Disekitar GOR memang banyak pesepeda lalu lalang.
Sarapan pagi baru saya nikmati di sebuah warung Tegal sekitar Terminal Utama Bekasi. Lumayan bersahabat , nasi dan teh manis , dadar telur, orek tempe hanya 8.000 rupiah saja. Momentum paling saya tunggu ketika saya melintas di gedong Juang. Gedong juang memiliki cerita yang panjang.Gedung ini, menjadi sakti sejarah perjalanan bangsa Indonesia tercinta.
Pagi pagi di hari minggu gedong juang penuh aktifitas. Puluhan anak anak muda berlatih bela diri . Saya meminta ijin petugas di pintu untuk melihat lihat gedung yang selalu kelihatan dari lintasan kereta api Stasiun Tambun . Bersambung....

Senin, 21 Maret 2011

Saya Menyerah

Bukan , menyerah ga mau melanjutkan lagi proyek life after death , tapi menyerah ketika menawar sepasang rim ukuran 20 inch. penjual bertahan pada harga rp.40. 000 untuk sepasang rims aluminium 36 hole. apa daya setelah bertahan 2 minggu dengan tawaran Rp. 35.000 , akhirnya saya menyerah , saya beli juga sepasang rims alumunium 36 lubang merk alex, buatan Taiwan . Sepertinya harga tersebut cukup murah mengingat harga velk baru tidak kurang dari 100 ribu. Tinggal tunggu waktu saja, sepda mini follow me akan segera bisa di gowes.
Seorang Teman yang bisa menasang jari jari sudah mengambil perlatan selengkapnya untuk dirakit menjadi sepasang roda yang kokoh. Tidak luopa saya siapkan ban swallow ukuran 20 x 2.125 tipe pasul dan berstripe orange.

Proyek Baru


Sebuah pekerjaan yang saya samakan dengan proyek pembangunan. Eh kebesaran nulisnya. Memang ini pembangunan kembali sebuah sepeda ukuran 20 inch . Sepeda ukuran itu pernah saya pakai bersepeda ketika SMP dulu. Sebuah sepeda mini Chiyoda kalo tidak salah ingat merknya. Berwarna merah, Bapak Yang membelikan ketika sudah beralih dari SD ke SMP. Memang waktu itu keren sekali , sekolah pakai sepeda mini. Sepeda itu sudah ga ada lagi. Terbayang kenangan masa kecil dulu membuat saya melirik tiap ada sepeda sejenis yang melintas.
Untung saya raih . Sebuah rangka sepeda mini warna hijau merk follow Me Made In Taiwan tergeletak merana dilantai sebuah bengkel sepeda. Setelah beberapa kali saya tanyakan , hati sang pemiliknya luluh juga. Beberapa kali negosiasi, Rangka tang masih melekat padanya Chainring, stang, rantai dan tiang sadel. saya dapatkan seharga Rp. 45.000. entah murah entah kemahalan , yang penting saya suka bentuk rangkanya.Down tube tunggal. Servo brake tipe . Pas dengan style sepeda tempo dulu.

Kamis, 10 Maret 2011

Wanayasa Memang Kota Penting

Melihat rekam sejarah yang menjadikan Wanayasa sebagai ibukota kabupaten waktu jaman Kolonial dulu memang beralasan. Rempah rempah yang merupakan komoditas unggulan jaman itu tersedia disini. Sebuah karunia Allah berupa tanah yang subur , menjadikan Cengkeh dan tanaman lain tumbuh disini.
Sepanjang kanan dan kiri jalan di desa Sakambang sampai Cihanjawar trus nyambung Desa Pasanggrahan bahkan sampai di Cikeris tanaman cengkeh tumbuh menjulang ke atas. Bisa dibayangkan ketika cengkeh lagi mahal mahalnya tentu masyarakat disini ikut ketiban berkahnya. Memang saya tidak sempat mengambil gambar rimbunya pohon pohon cengkeh yang tumbuh subur disini . Mungkin lain waktu saya sempatkan gowes ke sini dan ambil gambarnya. kalau saja saya jumpai pohon tembakau di sini sudah lengkaplah tinggal gulung uda jadi rokok.

Selasa, 08 Maret 2011

Cihanjawar - Pasanggrahan


Kedua desa ini ada di ujung kabupaten Purwakarta. Kedua desa ini ada di lereng pegunungan Burangrang . berada di Ketinggian 900 mdpl sangat menantang untuk didatangi.Berbekal info dari Wikimapia tentang lokasi kedua desa itu berada maka kami bulatkan tekad untuk sampai kesana.
Jalan yang kami ambil adalah jalan terusan Kapten Halim melewati Pasawahan , Pondok Salam , Sukadami, Legokhuni, Wanasari , Wanayasa dan seterunya belok ke kanan melewi Cibuntu.
Suhu terasa sejuk ketika ketinggian sudah mencapai 600 mdpl di sekitar desa legokhuni. Udara yang sejuk ini cukup mengibur , karena tanjakan panjang sudah berakhir. tanjakan setinggi 400 meter sudah berahasil kami lalui. Terus terang saja kami baru bisa bertahan di interval 300 meter saja. kami beri kesempatan menyegarkan otot otot yang sudah mulai menegang. saya sendiri cukup puas dengan tambahan 100 meter dari sebelumnya hanya bisa mencapai perbedaan ketinggan 200 meter untuk satu tanjakan tanpa henti. di rute ini kami bisa naik kelas ke 300 meter .
Dari Wanayasa ke Pasanggrahan melewati jalan bersebelahan dengan pondok pesantren Al-hikam kami terus naik samapi kehabisan bekal air minum. matahari yang sudah hampir ditengah cakrawala membuat kulit kami makin hitam dan memaksa kami berhenti di ketinggian 750 mdpl. Sekalian makan dan sholat dluhur kami berhenti di Desa Sakambang. Jalan Desa ini cukup halus, bergantian antara jalan aspal dan jalan berbahan semen . Disi kanan jalan, suara air sungai sangat menggoda kami untuk berhenti dan menceburkan diri ke dalamnya. Disebelah kiri jalan , lereng dengan padi menguning siap panen serta beberapa tanaman sayuran sangat indah dan sayang kalau dilupakan.
Sungguh pembangunan yang dilakukan tidak sia sia, jalan desa ini buktinya, halus dan mulus. kami terus naik menyusuri jalan dengan tumbuhan pohon teh disisi kanan dan kiri jalan. Titik terakhir tanjakan ternyata bersebelahan dengan sebuah pemakaman desa. setelah itu tanjakan berakhir. GPS menunjuk angka 900 mdpl. sebelah kiri kantor desa Cihanjawar, sebelah kanan kantor desa Pasanggrahan .
Kami memilih kantor desa Pasanggrahan dan terus mengikuti jalan menuju Cikeris dan kembali ke Wanayasa, menyusuri jalan menurun ke Purwakarta.