Rabu, 24 Maret 2010

Turunan Yang Menyiksa


Perjalanan kembali , setelah puas menikmati kawah hujan yang merupakan kawah terakhir dari kumpulan kawah yang bisa kami nikmati hari itu harus segera kami lakukan . Mendung sudah nampak membayang di langit.
Satu persatu kami gowes sepeda menunju ke base camp kami di desa Salamnunggal. namun hujan rupanya tidak bisa ditunda. Melintasi pos pintu masuk , baju baju kami sudah mulai basah oleh tetesan air dari langit. Tantangan bertambah ketika salah satu anggota rombongan kami mengalami pecah Ban. Untung Ban Cadangan sudah tersedia,Ritual ganti Ban pun terpaksa kami lakukan tanpa perlindungan dari air hujan yang mengguyur.
Sampai di Desa laksana, desa dimana jalan raya yang menghubungkan Samarang dan Majalaya berada, kami sudah ga kuat lagi melawan takdir hujan siang itu. Setelah kedinginan diguyur hujan , kamipun menghangatkan badan dengan menikmati kopi dan teh panas disebuah kedai diseberang shelter bus setempat. Gorengan dan kopi semua kami sikat.
Hujan tidak menunjukkkan tanda tanda akan berheti , sedangkan waktu terus berjalan. Kamipun putuskan menerobos hujan , dingin menyerang seluruh tubuh kami , jalan yang menurun menambah berat keadaan . Turunan yang mestinya kami nikmati berubah jadi siksaan karena dingin yang dihasilkan oleh laju sepeda membelah hujan .
Seorang anggota kami sempat berhenti untuk menambah suplai oair panas ke badannya untuk melawan dingin yang sangat luar biasa.
Menjelang isyak seluruh goweser kembali dengan selatan di Salamnunggal. cuaca yang dingin tidak menyurutkan kami membersihkan lumpur dan tanah yang menempel di sepeda kami , kami harus bersiap untuk perjalanan monumental selanjutnya.
Gowes garut Purwakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar