Senin, 26 Juli 2010

Cimaung - sampai Warung Oncom Sajah

Sudah beberapa minggu ga gowes jauh terasa sekali bedanya. baru beberapa km gowes, kaki sudah terasa mau kram. Yang paling terasa adalah bujur terasa panas , sungguh menyiksa , sebentar sebentar harus berdiri untuk memberi kesempatan dia beristirahat.
Ada peraturan tidak tertulis diantara kami. jika tidak kuat gowes sampai Wanayasa, setidaknya goweslah sampai warung Oncom sajah . Warung oncom ini tidak seterkenal warung Bandrek atau Warban di daerah bandung , yang terus menerus didatangi para goweser.
Warung ini hanya berada di ketinggian 300- 400 mdpl saja. Saya tidak membawa altimeter kemarin. Hanya saja kita mesti menanjak dari samping rumah makan nasi liwet sambel Bladag Ibu Dhini. Ketika saya melewati jalur ini, seorang petani sedang menggunakan bajak Klasik yang ditarik binatang kerbau . Sesungguhnya ini merupakan pemandangan yang unik. ditengah modernisasi pertanian , masih ada petani kita yang setia melestarikan alat bajak Organik. Saya tidak menggunakan istilah tradisional, tapi saya senang mamakai istilah Organik supaya nyambung dengan trend masa kini yang kembali ke alam . Olah Raga bersepeda juga merupaka ekspresi kembali ke alam , berolah raga menggunakan tenaga sendiri menaklukkan rintangan.
Disamping olah raga yang mengandalkan kekuatan dan semangat diri ini, ada banyak masyarakat diluar sana yang menggunakan jalan ke Wanayasa ini untuk mengahbiskan waktu libur akhir pekan sehingga jalan ini semakin ramai dan semakin berasap. Pedih sekali mataku dan hidungku untuk sekedar sampai di Warung oncom saja.
Sampai di warung Oncom kuisi perutku dengan 2 buah jeruk, dan sebungkus roti seharga cebanan. Sebenarnya tidak ada papan nama yang menunjukkkan bahwa warung ini bernama warung oncom , tetapi teman teman kami menyebutnya demikian , maka tiap kami gowes maka kami jadikan warung ini sebagai tyenpat acuan jarak. Puas istirahat, say memutuskan kembali ke Cimaung , menikmati turunan dan menikati indahnya lereng lereng yang tampak dari kejauhan. Sepanjang jalan turun dikanan dan kiri jalan padi sudah mulai menguning. Pulang melewati Cikeuyuep yang berjalan hotmik mulus dan adem membuat jalur ini tetap saja menarik untuk dipakai gowes.

Minggu, 11 Juli 2010

Mengeksplorasi Jalur Lama


Jalur situ buleud ke BIC adalah jalur regular untuk para pesepeda di sekitar Cikampek , Purwakarta bahkan yang berada di daerah Karawang juga tidak asing dengan rute BIC. Rute ini relative ringan , tidak ada tanjakan yang berat. Hanya ada satu tanjakan yang panjangnya tidak lebih dari 300 meter di sekitar perumahan Gandasoli. Selebihnya relative datar.
Satu jalur yang saya lewati yang cukup special adalah gang keramik. Gang keramik ada tepi jalan sadang Purwakarta. Dinamakan gang keramik karena di mulut gang ada gapura dengan tempelan pecahan keramik atau karena disana adalah sentra industri keramik saya belum dapat sumber yang punya referensi yang dapat dipercaya. Kalo sekedar menduga duga kedua alasan mengapa gang tersebut diberi nama gang keramik , akan saya cari tahu dikemudian hari dan akan saya postingkan nanti.
Di Gang keramik saya tersebut memang saya temukan satu rumah yang masih memproduksi keramik atau lebih tepatnya adalah tembikar.Saya belum sempat berhenti di tempat pembuatan keramik tersebut karena saya sebelumnya tidak menduga kalau gang keramik ini ada kaiatannya dengan produksi keramik.
Jalur yang banyak persimpangan ini sebenarnya sangat menarik untuk ditelusuri masing masing percabangannya. Ada jalan yang ujungnya tidak kelihatan jelas karena tertutup oleh rimbunya pepohonan. Salah satu jalur sesatan yang tadi siang sempat saya coba adalah jalur yang melintas dibawah toll purwakarta – Bandung. Disekitar SMPN 02 Babakan Cikao, ada jalur yang memotong jalan tol tersebut. Jalur yang terdapat terowongan dibawah tol itu, sering dilewati binatang kerbau. Jalan yang sering dilewati kerbau tersebut menjadi becek pada setengah bagiannya.
Menurut penduduk sekitar yang saya temui jalan tersebut bisa menembus ke daerah Gandasoli. Memang dari kejauhan saya melihat orang oang yang berjalan menjauh dari tempat saya berhenti di jalan tersebut karena jalan berubah jadi kubangan kerbau.
Akhirnya jalur disekitar BIC memang menarik untuk dieksplorasi , sekedar mencari alternative baru pada jalur yang sudah sering kita lewati.